Kurikulum 2013
mengedepankan materi pembelajaran yang diberikan kepada siswa sampai tahap
metakognitif yang mensyaratkan siswa mampu memprediksi, mendesain, dan
memperkirakan. Hal ini telah dijelaskan dalam Lampiran Permendikbud Nomor 21
Tahun 2016, bahwa dimensi pengetahuan berdasarkan Taksonomi Bloom
diklasifikasikan menjadi faktual, konseptual, prosedural, serta metakognitif
yang penguasaannya perlu dimulai sejak tingkat pendidikan dasar hingga tingkat
pendidikan menengah.
Tujuan diberlakukannya Kurikulum 2013 di Indonesia diantaranya adalah
peserta didik dituntut untuk mampu mempunyai kempuan berpikir kritis atau HOTS. Kurikulum 2013 mengedepankan
materi pembelajaran yang diberikan kepada siswa sampai tahap metakognitif yang
mensyaratkan siswa mampu memprediksi, mendesain, dan memperkirakan. Hal ini
telah dijelaskan dalam Lampiran Permendikbud Nomor 21 Tahun 2016, bahwa dimensi
pengetahuan berdasarkan Taksonomi Bloom diklasifikasikan menjadi faktual,
konseptual, prosedural, serta metakognitif yang penguasaannya perlu dimulai
sejak tingkat pendidikan dasar hingga tingkat pendidikan menengah.
Adapun yang harus dilakukan mahasiswa di antara lain
adalah: guru harus mampu menciptakan suasana kelas yang menantang untuk
menfasilitasi peserta didik, guru menjalin interaksi dengan peserta didik untuk
mendorong terjadinya berpikir krritis dan guru harus melatih peserta didik untuk
menulis atau mempraktekkan berpikir kritis dalam proses pembelajaran. Sementara
itu menurut Paul dan Elder (dalam Sumianto:2015), seorang yang berpikir secara kritis mampu memunculkan
pertanyaan dan masalah yang mendalam dan merumuskannya secara jelas dan tepat.
Hal ini yang menjadikan kemampuan berpikir kritis sangat perlu dimiliki oleh
setiap guru dalam Bahasa Indonesia.
Kemampuan berpikir kritis sangat penting dimiliki oleh mahasiswa akan
sangat berguna bagi masa depannya karena siswa yang memiliki kemampuan berpikir
kritis dapat memutuskan dan memecahkan masalah yang akan mereka hadapi. Apabila peserta didik tidak memilikinya akan
sulit pada zaman sekarang karena zaman sudah canggih tidak terpaku pada guru
atau buku lagi. Kemampuan berpikir kritis dituntut dalam abad 21 ini, siwa
dapat tercapai dan meningkat dengan baik apabila guru dapat mengubah strategi
pembelajaran yang kurang tepat diterapkan di dalam kelas.
Open ended adalah suatu pembelajaran
yang memanfaatkan permasalahan yang diformulasikan sedemikian rupa, sehingga
memberikan peluang muncul berbagai jawaban.Pembelajaran selama ini hampir
sepenuhnya diajarkan dengan menggunakan metode ceramah dan penugasan. Mahasiswa masih mendominasi dalam proses pembelajaran maka
diperlukan suatu pendekatan pembelajaran yang dapat diterapkan agar siswa
menjadi aktif yaitu sebuah pendekatan yang mampu memunculkan keterlibatan siswa
secara aktif dan kritis.
Berdasarkan permasalahan yang di temukan di atas, peneliti akan mengkaji
sejauh mana pelaksanaan “Peningkatan Kemampuan Berpikir Kritis Pada Mahasiswa S1 PGSD Semester IV Dalam Mata Kuliah Bahasa Dan Sastra Indonesia Kelas Tinggi ”.