Berdasarkan uraian sebelumnya, dapat ditarik beberapa
simpulan terkait dengan hasil kajian keterbacaan teks pada buku model Bahasa
Indonesia Tematik SD kelas tinggi Kurikulum 2013 sebagai berikut: Pertama,
tingkat keterbacaan teks buku model bahasa Indonesia tematik SD kelas tinggi
Kurikulum 2013 hampir sebagian besar (>80%) kurang sesuai dengan jenjang
kognisi siswa berdasarkan analisis grafik Fry. Pada buku tematik kelas IV Tema I
SD Kurikulum 2013, dari 15 teks hanya ada 2 teks (13,3%) saja yang tingkat keterbacaannya
sesuai dengan jenjang kognisi siswa. Selebihnya, 13 teks (86,6%) tidak sesuai
dengan jenjang kognisi siswa. Hal ini membuktikan
bahwa tingkat keterbacaan teks pada buku model bahasa Indonesia SD Kelas IV
Kurikulum 2013 belum mendapatkan perhatian. Padahal, aspek keterbacaan
merupakan salah satu aspek yang dipertimbangkan dalam penilaian buku teks oleh
Pusat Kurikulum dan Perbukuan, Kemdikbud. Teks atau materi ajar yang tingkat
keterbacaannya tidak atau kurang sesuai dengan jenjang kognisi siswa tentu saja
akan mempengaruhi kemampuan siswa dalam memahami pesan atau informasi yang
terdapat dalam teks. Apalagi jika tingkat keterbacaan teks atau materi ajar
tersebut jauh di atas tingkat keterbacaan yang seharusnya. Hal ini juga akan berdampak
pada minat dan motivasi siswa dalam membaca. Teks atau materi ajar yang memiliki tingkat keterbacaan
terlampau sulit tentu akan membuat motivasi dan minat membaca siswa menurun.