Masa balita merupakan masa kehidupan yang sangat penting yang
mana berlangsung proses tumbuh kembang sangat pesat yaitu pertumbuhan fisik dan
perkembangan psikomotorik, mental, dan sosial. Dalam mendukung pertumbuhan
fisik balita perlu petunjuk praktis makanan dengan gizi seimbang salah satunya
dengan makan aneka ragam makanan yang memenuhi kecukupan gizi. Permasalahan gizi pada balita yang hingga saat ini masih
cukup besar dan belum terselesaikan yaitu stunting. Stunting tidak hanya
menjadi permasalahan gizi balita secara nasional, melainkan sudah menjadi
permasalahan global.
Berdasarkan data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2018
prevalensi stunting sebesar 30,8%
yang terdiri dari 11,5% sangat pendek dan 19,3% pendek. Stunting lebih
banyak terjadi pada anak laki-laki (38,1%) dibandingkan dengan anak perempuan
(36,2%). Daerah pedesaan prevalensi stunting lebih tinggi yaitu (42,1%)
sedangkan prevalensi stunting daerah
perkotaan yaitu sebesar (32,5%). Salah
satu Puskesmas yang memiliki lokus di Kabupaten Kampar adalah UPT BLUD
Puskesmas Tapung dengan prevalensi balita stunting tahun 2019 sebanyak
335 orang (6,4%). Untuk daerah lokus stunting di UPT BLUD Tapung tahun
2020 yaitu Desa Gading Sari sebanyak 5 orang dari sasaran balita 152 orang dan
Desa Petapahan sebanyak 19 orang dari sasaran balita 155 orang. Pada tahun 2021
prevalensi balita stunting mengalami peningkatan menjadi 577 orang (13,5%).
Stunting pada balita disebabkan karena asupan makan yang tidak sesuai
dengan kebutuhan gizi balita. Penyebab stunting dapat dipengaruhi oleh gizi buruk yang dialami ibu hamil
dan anak balita. Penyebab utama stunting
adalah defisiensi zat gizi makro seperti energi dan protein dan kekurangan zat
gizi mikro tunggal seperti zinc sehingga terjadi defisit pertumbuhan (Lamid,
2015).
Stunting dipengaruhi oleh dua faktor yaitu secara langsung dan secara
tidak langsung. Faktor secara tidak langsung adalah pendidikan orang tua,
pekerjaan orang tua, dan status ekonomi. Faktor secara langsung yaitu penyakit
infeksi, asupan makan, dan berat badan lahir, praktik pemberian MP-ASI, dan ASI
Eksklusif (Pengan, 2015). Salah satu faktor yang
berperan penting terjadinya stunting yaitu
ASI Eksklusif (Lestari, 2020).