Manajemen laktasi merupakan segala daya upaya yang dilakukan untuk membantu ibu mencapai keberhasilan dalam menyusui bayinya. Usaha ini dilakukan terhadap ibu dalam 3 tahap yaitu pada masa kehamilan (antenatal), sewaktu ibu dalam persalinan sampai keluar rumah sakit (perinatal), dan pada masa menyusui selanjutnya sampai anak berumur 2 tahun (postnatal) (Perinasia, 2007).
Perkembangan dan pertumbuhan
bayi dan anak sangat dipengaruhi oleh
ibu. Mulai dari masa kehamilan janin menerima nutrisi dari ibu melalui
plasenta. Pada masa bayi didalam tubuh ibu secara alami telah disediakan
makanan yang dibutuhkan untuk perkembangan dan pertumbuhan selanjutnya berupa ASI. Pada abad
ke-19 beberapa studi kedokteran yang dilakukan di Eropa menunjukkan angka
kematian dan kesakitan bayi-bayi yang diberikan ASI ternyata lebih rendah
daripada yang diberi susu formula. Sehingga banyak ahli yang sepakat bahwa
ASI lebih unggul daripada susu formula atau susu sapi.
Keberhasilan ASI
eksklusif sangat bergantung pada tahapan manajemen laktasi, sehingga semua
tahap harus dipersiapkan dengan baik supaya ASI eksklusif berjalan dengan
sukses. Motivasi bidan, konseling dan perawatan payudara sangat mendukung upaya
ini. Adapun ruang lingkup manajemen laktasi
adalah periode postnatal, antara lain ASI eksklusif, teknik menyusui, memeras
ASI, memberikan ASI peras, menyimpan ASI peras, pemenuhan gizi selama periode menyusui
(Maryunani, 2012). Pentingnya ASI Eksklusif
tersebut melatarbelakangi pemerintah dalam menetapkan kebijakan berupa
Peraturan pemerintah
RI no.33 tahun 2012
tentang pemberian air susu ibu
eksklusif. Dalam kebijakan ini disebutkan bahwa Air Susu Ibu (ASI) secara
eksklusif adalah ASI yang diberikan kepada Bayi sejak
dilahirkan selama 6 (enam) bulan, tanpa menambahkan
dan/atau mengganti dengan makanan atau minuman lain
dan dianjurkan untuk dilanjutkan sampai anak berusia 2 (dua) tahun dengan
pemberian makanan tambahan yang sesuai (Peraturan Pemerintah RI, 2012).
Sayangnya, di Indonesia angka pemberian ASI eksklusif masih tergolong rendah. Data
dari Kemenkes RI di tahun 2020
mencatat hanya 66,1%,
sedangkan di Propinsi Riau
pemberian ASI Eksklusif pada tahun 2020 sebanyak 65,17%. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi rendahnya
pemberian ASI eksklusif diantaranya adalah kurangnya dukungan orang
sekitar, kurangnya pengetahuan mengenai laktasi dan faktor phsycologis.